Hubungan yang sehat itu seperti apa sih, Bela? Setiap orang yang menjalin hubungan tentu ingin cerita cintanya tetap harmonis. Pertengkaran dan perbedaan pendapat itu wajar, namun ketika pertengkaran dalam sitio de citas de herpes hubungan terjadi begitu sering dan melibatkan kekerasan fisik maupun intellectual, rasanya kita semua setuju kalau hubungan tersebut sudah nggak sehat. Tapi dibalik hubungan yang menyiksa, ternyata ada lho orang-orang yang sulit keluar dari parte berbahaya tersebut.
Ada sebuah istilah dalam ilmu psikologi dan kriminologi yaitu Stockholm disorder, yaitu situasi ketika seorang korban penculikan menaruh empati, membela bahkan melindungi penculiknya. Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata Stockholm syndrome nggak hanya terjadi pada kasus penculikan. Dalam hubungan percintaan, banyak pasangan yang mengalami Stockholm problem, di mana seseorang nggak bisa atau nggak ingin menjauhi pasangannya yang kerap melakukan kekerasan. Untuk lebih jelasnya, berikut ada seven hal yang perlu kamu ketahui tentang sindrom yang satu ini.
1. Proses seseorang mengalami Stockholm problem
Penculikan adalah momen yang terjadi secara tiba-tiba dan membuat korban merasa stress. Saat momen itu terjadi, korban merasa ketakutan dan berpikir bahwa dia akan mati atau dibunuh. Semua pikiran buruk memenuhi pikiran korban sehingga dia tak lagi memiliki harapan. Korban membayangkan bahwa dia nggak akan diberi makan atau minum sehingga nggak bisa bertahan hidup. Namun ketika penculik memberinya makanan, korban merasa bahwa penculik telah berbuat baik dengan memberikan hal yang dia butuhkan untuk menyambung hidup. Hal-hal sederhana inilah yang membuat korban berpikir bahwa si penculik bukanlah orang jahat.
2. Alasan seseorang mengalami Stockholm problem dalam hubungan
Menurut seorang psikolog bernama Dr. Joi sindrom ini berpikir bahwa dia nggak punya alasan yang jelas mengapa dia harus meninggalkan orang yang telah menyiksanya. Bahkan, ada juga seseorang yang cemburu terhadap mantannya karena sang mantan juga melakukan kekerasan tersebut kepada pacar barunya. Hal ini dikarenakan korban atau pasangan yang menerima kekerasan kurang paham tentang makna cinta. Baginya, kekerasan dan kekangan yang dia terima adalah wujud ‘cinta.
step three. Gejala yang muncul ketika seseorang mengalami Stockholm disorder
Ada beberapa gejala yang menyebabkan seseorang didiagnosa mengalami Stockholm disorder. Gejalanya yaitu menyukai atau memiliki perasaan yang positif terhadap pelaku, membenci atau memiliki perasaan negatif kepada keluarga dan teman-temannya, mendukung hal-hal yang dilakukan pelaku terhadapnya, timbul perasaan positif dari pelaku kepada korban serta tindakan yang dilakukan korban untuk mendukung aksi pelaku.
4. Ketika pelaku menunjukkan sisi lemahnya
Rata-rata, orang yang terjebak pada hubungan yang nggak sehat dan mengalami Stockholm syndrome berpikir bahwa si pelaku memiliki alasan khusus sehingga bisa bertindak demikian. Mungkin kamu akan berpikir bahwa si dia punya masa lalu yang kelam dan diperlakukan secara kasar. Anggapan itu diperkuat dengan pernyataan si pelaku bahwa dia ingin berubah. Menurut Carver, sebaiknya kamu jangan pernah memercayai ucapannya, karena apa yang dia lakukan terhadapmu adalah sebuah kelainan. Mengasihani dan memakluminya justru akan memerpanjang penderitaanmu, dan dia nggak akan pernah berubah.
5. Nggak semua orang ingin keluar dari hubungan yang nggak sehat
Di sinilah pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita bermula ketika melihat seseorang yang mencoba bertahan dengan pasangannya yang ringan tangan. “Kenapa nggak minta putus saja sih?” Sayangnya, con el fin de korban masih menyimpan harapan bahwa pasangannya akan berubah suatu hari nanti. Di samping itu, dia melihat bahwa teman dan keluarga adalah ancaman bagi hubungan mereka. Ketika keluarga berusaha ikut campur, pasangan akan merasa emosi dan melampiaskannya kepada korban. Maka dari itu, korban berusaha agar orang-orang terdekatnya nggak ikut campur.
6. Sulit melepaskan diri dari pelaku kekerasan
Ada banyak hal yang melatarbelakangi korban untuk enggan pergi dari pasangannya. Jika sudah berumah tangga, mungkin korban masih mengandalkan kondisi finansial pasangan untuk hidup. Kalau masih pacaran, mungkin quand pelaku mengancam akan menyebarluaskan informasi yang dianggap memalukan atau mengancam keselamatan korban. Alasan lain yang bisa menjadi penyebab utama adalah si korban merasa sudah terlalu lelah dan depresi sehingga keluar dari hubungan adalah hal yang melelahkan.
eight. Hal yang bisa dilakukan sebagai keluarga atau teman
Jika orang terdekat kamu mengalami hal ini, tindakan yang bisa kamu lakukan adalah menyadari bahwa menghubungi dia bisa menimbulkan aun, lakukan komunikasi secara terjadwal dengannya melalui berbagai cara (nggak selalu menelepon). Sampaikan padanya bahwa kamu selalu ada untuknya dan jangan buat dia merasa bersalah atau menyalahkan dia atas apa yang terjadi. Ketika dia mencoba untuk membuka hati dan bercerita, dengarkanlah ceritanya dan berilah dukungan. Tindakan yang gegabah bisa membuat dia kembali menutup diri.